Tim Pagari Koto Tinggi, Kecamatan Gunung Omeh, Kabupaten Limapuluh Kota sedang praktek lapangan patroli kawasan hutan, Kamis (1/5). Dok ANTARA/HO/Yayasan SINTAS Indonesia
Lubukbasung (ANTARA) – Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat bersama Yayasan SINTAS Indonesia membentuk Patroli Anak Nagari (Pagari) Koto Tinggi, Kecamatan Gunung Omeh, Kabupaten Limapuluh Kota untuk pencegahan dan penanganan konflik satwa liar dalam upaya mewujudkan masyarakat yang aman dan dapat hidup berdampingan dengan satwa liar khususnya harimau sumatera.
Pengendali Ekosistem Hutan BKSDA Sumatera Barat Rusdiyan P. Ritonga di Lubuk Basung, Kamis, mengatakan ada 10 warga setempat yang telah diseleksi dan ditunjuk oleh wali nagari atau kepala desa setempat.
“Mereka orang dipilih oleh wali nagari yang merupakan perwakilan setiap jorong di daerah itu,” katanya.
Ia mengatakan mereka dilatih selama tiga hari 29 April sampai 1 Mei 2025 tentang materi diantaranya kebijakan konservasi harimau sumatera, bioekologi, pengamanan hutan dan perlindungan satwa liar, navigasi, penggunaan camera trap dan penanganan konflik satwa liar.
Setelah itu praktek lapangan berupa patroli, penanganan konflik manusia dengan satwa liar.
“Dua hari materi tentang teori, satu hari praktek lapangan tentang patroli dan penanganan konflik harimau,” katanya.
Rusdian berharap dengan adanya pelatihan dan pembentukan ini akan terwujud nagari ramah harimau dan dapat menciptakan kondisi masyarakat yang dapat hidup berdampingan dan berbagi ruang dengan satwa, serta mandiri dalam melakukan penanganan awal konflik harimau sumatera di wilayah nagarinya.
“Konflik yang tidak terkendali akan menyebabkan kerugian yang luar biasa dari kedua pihak yakni alam harimau sumatera dan manusia,” katanya.
Ia mengakui BKSDA Sumbar telah membentuk delapan Pagari yang tersebar di Kabupaten Agam empat Pagari, Solok satu Pagari, Pasaman tiga Pagari dan Limapuluh Kota satu Pagari.
Delapan Pagari itu dibentuk bersama Yayasan SINTAS Indonesia dan Centre for Orangutan Protection (COP).
Pembentukan Pagari ini sebagai upaya mendorong pelibatan secara aktif masyarakat yang berdomisili di nagari rawan terjadinya konflik satwa harimau dalam kegiatan penanganan dan deteksi dini.
“Ini dalam menyikapi beberapa peristiwa konflik satwa liar, karena Pagari yang dibentuk berada di daerah konflik satwa dengan manusia,” katanya.
Sementara Koordinator Biodiversity Team Yayasan SINTAS Indonesia Fernando Dharma mengatakan dengan adanya Pagari yang baru ini dapat menambah deteksi dini dan mitigasi konflik yang lebih maksimal terutama di Kabupaten Limapuluh Kota dan secara khusus Sumbar.
Yayasan SINTAS Indonesia siap memberikan dukungan kepada BKSDA Sumbar dan Pagari untuk menjaga biodiversiti keanekaragaman hayati dan ekosistem dari program kegiatan yang akan dilakukan kedepannya.
“Kami siap memberikan dukungan dalam menjaga biodiversiti hayati dan ekosistem dari program kegiatan yang akan dilakukan kedepannya,” katanya.
Wali Nagari Koto Tinggi Insanul Rijal mendukung pembentukan Pagari ini sebagai upaya pelibatan aktif masyarakat dalam penanganan konflik sebagai nagari yang berada di tepi habitat harimau sumatera.
“Kehadiran Pagari bisa memberikan respon cepat terhadap informasi terjadinya konflik,” katanya.